NEWS

Membangun Kepariwisataan Banten: Solusi atas Kesenjangan Sumber PAD


Oleh: H. Akhmad Jajuli

Pengurus KORMI (Komite Olahraga Masyarakat Indonesia) Provinsi Banten 2025 - 2029

MENJELANG usianya Ke-25 tanggal 4 Oktober 2025 besok, diketahui bahwa Kemampuan Fiskal Provinsi Banten terlalu bergantung atau terlalu mengandalkan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor Pajak-pajak Daerah tertentu. Belum mampu menarik pendapatan dari sektor Retribusi dan Pajak Daerah lainnya secara optimal. 

Postur PAD dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Banten yang demikian itu sangatlah tidak ideal. Sangat rentan. Kerentanan dimaksud telah terbukti terjadi saat timbul Pandemi Covid - 19 tahun 2019 - 2021 lalu. Target Pemasukan PAD tidak mencapai 50% dan karenanya memaksa  Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten harus berutang kepada suatu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang khusus memberi Pinjaman untuk pembangunan infrastruktur --- yang cicilan tahunannya cukup besar dan baru akan lunas nanti pada Tahun Anggaran 2028.

Pada Tahun Anggaran (TA) 2024 kemarin terbaca data sebagai berikut : Total PAD Banten sebesar Rp 8,656 Trilyun. Pendapatan sebesar itu berasal dari sektor PKB (Pajak Kendaraan Bermotor) sebesar Rp 3,547 Trilyun, sektor BBN-KB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor) sebesar Rp 2,656 Trilyun, sektor PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor) sebesar Rp 1,305 Trilyun, sektor Pajak Rokok sebesar Rp 953 Milyar serta Pendapatan lainnya  dari sejumlah Pajak dan Retribusi Daerah sebesar Rp 196 Milyar. 

Total PAD yang bersumber dari PKB, BBN-KB, PBBKB serta Pajak Rokok berjumlah Rp 8,461 Trilyun. Artinya, Pendapatan sebesar Rp 196 Milyar itu hanya 2,26% (baca : Dua Koma Dua puluh enam persen) dari Total PAD Banten. Dengan kata lain lebih dari 97% PAD Banten hanya mengandalkan Pendapatan Utama dari Sektor Pendapatan Konvensional (Pendapatan yang masuk tanpa terlalu  banyak ikhtiar, tanpa terlalu banyak kerja keras --- yang diperoleh dengan "tidur" saja) --- yang hanya mengandalkan kepada sejumlah Regulasi tentang Pendapatan Daerah dan bergantung kepada kondisi Perekonomian Nasional dan kondisi Perekonomian para Wajib Pajak (warga masyarakat). 

PAD --- di luar empat sektor utama tersebut -- yang "hanya" sebesar Rp 196 Milyar itu wajib terus ditingkatkan. Salahsatunya dari Pendapatan Sektor Kepariwisataan. 

Adapun jumlah Pendapatan Pemprov Banten (termasuk PAD) pada TA 2024 kemarin --- hampir sama dengan total APBD -- adalah sebesar sekitar Rp 11 Trilyun. Selisih antara PAD dengan APBD sebesar hampir Rp 2,3 Trilyun itu ditutupi oleh Dana Transfer dari Pemerintah (Pusat) dan dari Dana SILPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) TA 2023. 

Kepariwisataan di Banten : suatu Perbandingan 

Penulis sempat beberapa kali berkunjung ke Saudi Arabia, dan juga sempat berkunjung ke beberapa negara lainnya : Uni Emirat Arab (UEA), ke Malaysia serta ke Singapura. Untuk level Domestik Penulis sempat berkunjung ke seluruh Provinsi di Pulau Jawa dan sempat pula ke Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu serta ke Provinsi Riau. Provinsi-provinsi lainnya yang sempat dikunjungi adalah :  Provinsi Bali, Kalimantan Selatan,  Kalimantan Timur serta Provinsi NTB (Nusa Tenggara Barat). 

Dari hasil kunjungan ke mancanegara dan ke sejumlah Provinsi di Dalam Negeri itu diperoleh suatu simpulan bahwa Kepariwisataan itu bisa mencakup aktivitas di alam terbuka (pantai, laut, hutan, gunung, sungai, goa, persawahan, perkebunan, perikanan, peternakan, balapan kendaraan, konser musik serta bentuk-bentuk aktivitas kepariwisataan lainnya), perhotelan, kuliner, acara di ruangan tertutup (seperti Pertemuan, Rapat, Party, Konferensi, Musyawarah, Muktamar, Pameran, dan lain-lain) yang biasa disebut MICE (Meetings, Incentives, Conferences, Exibitions). 

Potensi kepariwisataan di Provinsi Banten tidaklah kurang. Bahkan sangat banyak.  Banten punya sejumlah destinasi wisata religi, destinasi wisata budaya, sejumlah destinasi alam (pesisir pantai, sejumlah gunung, sejumlah hutan, sejumlah sungai, sejumlah danau, sejumlah goa, sejumlah persawahan, sejumlah perkebunan, sejumlah peternakan, sejumlah perikanan, sejumlah pemancingan) serta sejumlah fasilitas untuk aktivitas MICE. 

Daya dukungnya pun sudah sangat cukup : Jalan Tol, Jalan Arteri yang bekondisi baik (aspal hotmix dan beton), Bandar Udara Internasional Soekarno - Hatta, Bandara Perintis Tanjung Lesung,  Pelabuhan Penyeberangan Merak, Transportasi Antar Moda yang terkoneksi (penerbangan, kereta api, bus, taksi, ojek on line, angkutan perkotaan serta  angkutan pedesaan) serta  kondisi keamanan dan ketertiban  yang kondusif.

Untuk lebih memajukan kepariwisataan di Provinsi Banten maka cukuplah belajar ke Kabupaten Banyuwangi (Jawa Timur), Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Provinsi Bali serta Provinsi NTB (Nusa Tenggara Barat). 

Oleh-oleh dari NTB

Sudah lima kali Penulis sempat berkunjung ke NTB : saat ada acara HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) semasa dipimpin oleh Ketua Umum Prabowo Subianto, saat berlibur bersama salah seorang anak Penulis (saat  dia masih SMA dan kini telah menjadi Dokter Umum), saat ada transaksi jual beli tanah di Banten (namun pemiliknya sedang berada di Lombok), saat survey menjelang FORNAS VIII bulan Juni kemarin serta saat mengikuti perhelatan FORNAS (Festival Olahraga Masyarakat Indonesia) VIII di NTB, 26 Juli 2025 - 1 Agustus 2025. Penyelanggaranya adalah Pengurus KORMINAS (Komite Olahraga Masyarakat Indonesia Tingkat Nasional) yang bekerja sama dengan Pemprov NTB dan para Sponsor tertentu. 

Pada perhekatan FORNAS VIII kemarin, kontingen KORMI Provinsi Banten mampu mendulang 114 Medali (41 Medali Emas, 43 Medali Perak dan 30 Medali Perunggu). Berada pada Peringkat Ke-9 dari 38 Kontingen Provinsi yang ikut serta. 

Pemprov NTB saat ini mengusung Visi : "Nusa Tenggara Barat Makmur Mendunia." Wilayah NTB itu sendiri terdiri dari Pulau Lombok (dengan wilayah Administrasi : Kota Mataram, Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Utara, Lombok Barat serta Kabupaten Lombok Timur) dan Pulau lainnya (Kabupaten Sumba, Sumbawa Barat, Dompu, Kabupaten Bima serta Kota Bima). 

NTB telah berdiri sejak tahun 1958 lalu, memiliki luas lebih dari 20.000 kilometer persegi dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 5,6 Juta Jiwa. 

"NTB Makmur Mendunia" adalah Visi dan semangat yang diusung oleh Pemerintah Provinsi NTB untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan daerah, serta mengangkat citra NTB di kancah global. Visi ini menjadi landasan dalam berbagai program pembangunan dan kegiatan termasuk sektor pariwisata, ekonomi kreatif, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. 

Visi "NTB Makmur Mendunia" menjadi tema sentral dalam berbagai kegiatan pemerintah daerah, menunjukkan komitmen untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi masyarakat NTB. 

Dalam hal pariwisata, 

NTB memiliki potensi pariwisata yang besar, dengan berbagai destinasi menarik seperti Gili Trawangan, Pantai Senggigi, dan Gunung Rinjani. Visi ini mendorong pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan berdaya saing global.  Terkait 

Ekonomi Kreatif,

NTB juga memiliki potensi dalam ekonomi kreatif, termasuk kerajinan tangan, kuliner, dan musik. Pemerintah Daerah mendorong pengembangan sektor-sektor tersebut untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. 

Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di NTB mencakup 

Peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan keterampilan masyarakat menjadi fokus penting dalam mewujudkan NTB yang "Makmur dan Mendunia" itu.

Visi ini membutuhkan sinergi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat, sektor swasta, dan lembaga pendidikan untuk bersama-sama mewujudkan NTB yang lebih baik. 

Visi yang diusung Pemprov NTB itu tidak main-main. Mereka bersungguh-sungguh : mulai dari niatnya, komitmennya, sinerginya dan implementasinya. 

Sirkuit Internasional Mandalika yang berdiri  berdampingan dengan Pesisir Pantai Kuta Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah itu telah menjadi ikon internasional di NTB. Pebalap-pebalap internasional tiap bulan Oktober menunjukkan kehebatannya. Mata Dunia pun pasti rutin memelototi Balapan Internasional di Mandalika. Tempat-tempat lainnya juga telah lama menjadi ikon NTB : Gunung Rinjani, Senggigi, Gili Trawangan, Desa Sade serta destinasi2 wisata lainnya. Untuk kulinernya sudah sangat terkenal : Sate Rembiga, Pelecing Kangkung,   Ayam Taliwang, dan lain-lain. 

Menurut Setyanto P. Santosa, Alumnus UNPAD (Universitas Padjadjaran) yang juga mantan Dirut PT. Telkom, bahwa alasan utama wisatawan mancanegara datang ke Indonesia karena pada umumnya warga masyarakat Indonesia tergolong ramah dan murah senyum (smilling). Pernyataan Setyanto itu diakui kebenarannya. Demikianlah kondisi masyarakat Indonesia pada umumnya : ramah, familiar dan murah senyum. 

Warga masyarakat NTB juga sangat tergolong ramah dan familiar. Namun terlihat agak "pelit" untuk tersenyum apalagi bersenda gurau. Hal ini sedikit berbeda dengan kebiasaan warga masyarakat dari Etnik Sunda atau Etnik Jawa. Meskipun demikian terdapat kelebihan warga masyarakat NTB yang luar biasa adalah "tidak usil" terhadap para pendatang dan juga tidak "aji mumpung" saat bertransaki dengan para pendatang. Para pendatang tidak diganggu. Pendatang juga mendapatkan harga atau tarif pelayanan atau jual beli yang sama antara terhadap pribumi dan terhadap para pendatang. Harga Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) isi 660 ml tidak lebih dari Rp 4.000,00. Harga Kelapa Muda juga rata-rata hanya Rp 10.000,00 per butir.

Apabila kita menaiki angkutan OJOL (Ojek On Line) dengan cara Offline --- mendadak tanpa mengorder terlebih dahulu --- maka mereka tidak mematok dan memaksa dalam tarif tertentu, bahkan cenderung : "silakan bagaimana baik dan pantasnya menurut Bapak/Ibu saja."

Suatu ketika (pada malam hari) saya berniat memangkas rambut di satu kawasan di sana. Karena satu arah (one way traffic) saya turun di perempatan jalan. Lalu berjalan sekitar 50 meter menuju Barber Shop itu. Ternyata sedang tutup. 

Ketika saya akan memesan OJOL --- untuk menuju Barber Shop lainnya --- tiba2 satu mobil berhenti di depan saya. Ternyata dia Driver yang tadi sempat mengantar saya dan berkata : "Pak, mhn maaf, saya baru ingat bahwa Barber Shop itu sedang tutup. Makanya saya sedikit memutar mencari Bapak. Saya akan antarkan Bapak ke Barber Shop yang masih buka...." Ketika turun saya akan memberi uang kepada Driver itu, namun dia menolaknya : "Gak usah bayar lagi, Pak! Tadi kan Bapak sudah bayar..." Sikap Driver yang sungguh luar biasa!

Pengalaman lainnya : saking ramahnya kepada Penulis dan tiga orang kawan yang sempat menaiki sado/delman/andong-nya maka kami dengan ikhlas rela menambah ongkos --- dari kesepakatan semula Rp 60.000,00 menjadi Rp 100.000,00.

Kelebihan lain di NTB --- antara lain di Lombok --- bahwa Penulis tidak pernah menemukan pengemis (sailun, beggar, jejaluk) di tempat umum.

Kehebatan lainnya adalah di berbagai tempat terdapat Masjid yang bagus-bagus dan megah, mulai dari Islamic Centre di Mataram hingga Mushola-mushola yang resik dan selalu mengumandangkan tarhim antara sejam atau 30 menit menjelang tiba waktu shalat Shubuh. Tidak ada alasan shalat "kecepetan" atau "terlambat" shalat shubuh meskipun terdapat perbedaan waktu dengan WIB (Waktu Indonesia Barat).

Berwisata di Provinsi Banten 

Kepariwisataan di Provinsi Banten ke depan tentu akan segera bangkit dan meraih berbagai kemajuan yang berarti sekaligus meningkatkan pendapatan warga masyarakat dan PAD Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. 

Sarana dan prasarana sudah memadai (Bandara, Pelabuhan, Jalan Tol, Jalan Arteri, Angkutan, dan lain-lain). Kini tinggal mengubah perilaku negatif sebagian warga Banten menjadi perilaku yang baik dan  positif terhadap para pendatang : semua harga makanan dan minuman wajib tercantum pada lembar Menu Makanan, tarif Tiket Masuk harus pasti, tarif Parkir harus pasti dan juga berkarcis, serta perbaikan-perbaikan lainnya yang selama ini dikeluhkan oleh para wisatawan yang datang berkunjung ke Banten. Antara lain di destinasi wisata Pantai Anyer, Kabupaten Serang.

Jangan lagi membuat para pendatang tidak nyaman dan kecewa. Kalo para wisatawan itu merasa tidak nyaman dan kecewa ya dipastikan tidak akan pernah datang lagi. 

Pengawasan harus terus dilakukan oleh pihak Desa atau Kelurahan, pihak Kecamatan dan pihak Dinas Pariwisata. 

Keberhasilan Pariwisata di Banten 

Apakah dunia pariwisata Banten akan semakin baik dan maju akan diukur oleh dua parameter  mendasar yang lazim dalam dunia pariwisata, yakni : "How long time to stay" (berapa lama para wisatawan menginap atau berkunjung) dan "How much to spend" (berapa banyak uang yang dibelanjakan oleh para wisatawan itu). Semakin lama waktu bagi wisatawan berkunjung dan semakin banyak uang yang mereka belanjakan maka itulah esensi dari keberhasilan pengelolaan kepariwisataan di suatu negara atau daerah. 

Pada perhelatan FORNAS VIII di NTB kemarin --- dengan Peserta yang mencapai sekitar 18.000 orang itu --- maka diperkirakan telah terjadi perputaran uang sekitar Rp 800 Milyar (terdiri dari Tiket Pesawat, Penginapan, Makan Minum dan Paket Belanja Oleh-oleh). Andai sebesar 10% saja masuk sebagai Pajak Pembangunan (Hotel, Restoran, Cafe) maka Pemprov NTB dan Kabupaten/Kota di sana akan meraup pendapatan sekitar Rp 80 Milyar. Belum lagi kalo digelar acara Balapan Internasional di Mandalika. Serta event-event besar lainnya.

Apabila FORNAS X digelar di Banten tahun 2029 nanti maka jumlah  pendatangnya bisa mencapai 30.000 orang bahkan atau lebih --- yang berasal dari 38 Provinsi dan juga berasal dari mancanegara. Dan akan mampu menyumbangkan PAD yang cukup besar bagi Pemprov Banten --- selain membuat Banten lebih dikenal di level Nasional dan Internasional. 

Tentu saja para pendatang dari mancanegara (turis bule) harus diberi tempat-tempat yang khusus dan relatif tertutup. Kondisi yang terbuka seperti di pantai Kuta (Bali) atau seperti di Lombok, NTB (Pantai Kuta Mandalika, Senggigi dan Gili Trawangan) tentu sulit untuk diberlakukan di Banten. 

Dalam Kepariwisataan Malaysia, hal-hal demikian itu dikhususkan di Genting Highland. Tidak boleh tampil di tempat-tempat terbuka.*

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image