NEWS

Pemprov Banten Klaim Dua Situ di Desa Kemuning Kecamatan Tunjung Teja, Kades Sopwanudin Minta Pembuktian Keabsahannya


SWARABANTEN -
Terkait Situ Pasar Raut dan Situ Rawa Eneng yang diklaim milik Pemerintah Provinsi Banten, Sopwanudin, Kepala Desa Kemuning Kecamatan Tunjungteja Kabupaten Serang, angkat bicara.

Diketahui, belum lama ini beredar pemberitaan terkait keberadaan dua situ yang ada di Desa Kemuning Kecamatan Tunjung Teja Kabupaten Serang.

Terkait hal tersebut, menurut Sopwanudin, sebaiknya Pemprov Banten jangan asal mengklaim ada dua situ di wilayahnya.

Sopwanudin menegaskan, klaim tersebut harus mendasar dan harus memiliki bukti yang kuat dan jangan sepihak.

"Apalagi menuduh kedua situ tersebut diperjual belikan, namun tidak bisa membuktikan keabsahan kepemilikan aset tersebut," ujar Sopwanudin kepada awak media, Senin 06 Oktober 2025.

"Lahan itu punya masyarakat, bukan aset Pemprov Banten. Karena selama ini yang dianggap situ sebetulnya tidak ada. Jadi tidak benar, kalau kita menjual aset Pemprov Banten," tandasnya.

Lanjut Sopwanudin, Jika memang Pemprov Banten mengklaim ada dua situ diwilayahnya, agar bisa membuktikan kepemilikan aset tersebut secara sah, berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku.

"Sekarang buktikan saja, ini saya datanya ada, petanya juga ada, bahkan dari data yang ada di saya ini, tidak  ada itu namanya situ. Ini semuanya lahan milik masyarakat," imbuhnya, seraya menunjukkan data peta dan kepemilikan lahan.

Sopwanudin juga mengatakan, sampai saat ini Pemprov Banten tidak bisa membuktikan secara tepat dimana letak aset miliknya.

Bahkan, dari pertemuan dan diskusi yang dilakukan beberapa kali, titik lokasi lahan yang diklaim Pemprov Banten selalu berubah-ubah tempat, kan aneh.

"Awalnya mengklaim di titik ini, kemudian berpindah  lagi titiknya. Awalnya lahannya ada 26 hektare, sekarang jadi 20 hektare, bahkan yang 10 hektare (Rawa Enang-red) pun enggak bisa dibuktikan titik kordinatnya," terangnya.


Saat ditanya pernah dipanggil Polda Banten, Sopwan mengakui pernah dipanggil oleh pihak Polda terkait persoalan tersebut.

Dalam pemanggilan itu, dirinya dimintai keterangan terkait kebenaran informasi dua lahan situ yang dipersengketakan oleh Pemprov Banten.

"Dalam pemanggilan itu saya sampaikan apa yang saya ketahui berdasarkan data-data yang ada di desa," ujar Sopwan. 

Ia mengaku, selama ini Pemprov Banten hanya mengklaim kepemilikan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2023 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten, tanpa bisa menunjukkan dokumen kepemilikan yang sah.

"Selama ini kan hanya itu saja yang jadi dasar Pemprov Banten, disaat kita minta dokumen sah atas kepemilikan lahan itu, mereka enggak bisa menunjukkan," katanya.

Sebelumnya diberitakan, Aset milik Pemprov Banten kembali diserobot pihak lain. Kali ini, lahan seluas 30 hektare di Kampung Caringin, Desa Kemuning, Kecamatan Tunjungteja, Kabupaten Serang.

Diketahui, ada dua aset milik Pemprov Banten dilokasi itu, yakni Rawa Pasar Raut seluas 200 ribu meter persegi atau 20 hektare, serta Rawa Enang seluas 100 ribu meter persegi atau sepuluh hektare.

Kedua aset itu berada di satu lokasi, hanya terpisahkan oleh jalan raya Tunjungteja-Petir sekaligus merupakan limpahan dari Provinsi Jawa Barat.

Kedua aset itu sebagian telah diperjualbelikan oleh seorang calo tanah dan melibatkan beberapa pihak, termasuk dari Pemerintahan Desa Kemuning, Pemerintahan Kecamatan Tunjungteja, hingga seorang notaris untuk menerbitkan Akta Jual Beli (AJB).

Sejak tahun 1980, sebagian kecil aset tersebut sudah berpindah tangan menjadi milik perorangan, pada tahun 2016 sampai 2025, jumlah aset tanah semakin banyak berkurang dan berpindah tangan. Bahkan, saat ini aset yang dijual itu menjadi milik perusahaan swasta.

Pantauan dilokasi, ada kegiatan pembangunan menggunakan beberapa alat berat di Rawa Pasar Raut, padahal tanah itu merupakan milik Pemprov Banten.

Dilokasi itu, rencananya akan dibangun pabrik kabel milik perusahaan swasta, artinya tanah milik Pemprov sudah berubah menjadi milik swasta.

Selain alat berat, dilokasi itu juga sudah dibangun tembok penghalang dari herbel supaya aktivitas didalam kawasan tidak banyak diketahui masyarakat.

Adapun lahan yang sudah menjadi milik orang lain dilokasi itu lebih dari 180 hektare termasuk aset milik Pemprov didalamnya.

Sedangkan untuk Rawa Enang, sebagian lahan telah berubah status kepemilikannya menjadi milik perusahaan swasta.

Hanya saja, lahan yang telah dijual itu belum digarap dan masih seperti awal alias tidak ada perubahan.

Terkait persoalan tersebut, penyidik Polda Banten telah melakukan pemanggilan terhadap beberapa pihak, termasuk Kepala Desa Kemuning, Kecamatan Tunjungteja Sopwanudin sebanyak tiga kali, serta pihak Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Banten, serta Pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banten.

Sebelum persoalan ini menjadi perhatian Pemprov Banten, puluhan warga sempat melakukan aksi demonstrasi ke Kantor Desa Kemuning beberapa waktu lalu.

Mereka mempertanyakan atas terbitnya AJB, padahal mereka tidak pernah menjual tanah miliknya.

Beberapa tanah yang menjadi sengketa itu diantaranya merupakan aset milik Pemprov Banten.

Lahan yang menjadi persoalan itu lebih dari 16 hektare yang merupakan garapan masyarakat dan warisan. Lokasinya, berada di Rawa Pasar Raut alias tanah milik Pemprov Banten.

Kepala BPKAD Provinsi Banten Rina Dewiyanti mengakui bahwa lahan tersebut merupakan aset milik Pemprov Banten.

Pihaknya juga telah melakukan pemeriksaan aset secara langsung ke lokasi beberapa waktu lalu.

Terkait persoalan yang terjadi dilapangan, pihaknya sudah memberikan klarifikasi atau keterangan kepada pihak kepolisian, karena kasus ini sedang ditangani oleh penyidik Polda Banten.

"Terhadap permasalahan ini sedang ditangani oleh  Polda Banten  dan sudah beberapa kali Polda memanggil pihak BPKAD dan PUPR Banten," katanya

Jari, warga Kemuning yang kini usianya hampir mencapai kurang lebih sekitar 70 tahun saat dikonfirmasi media membenarkan bahwa lahan yang diklaim situ oleh Pemprop Banten itu tidak benar dan itu milik masyarakat.

Karena sejak tahun 1968-1969 itu masih di garap masyarakat dan ditanami padi. Namun di tahun 1980 sawah tersebut tidak lagi di garap, salah satu faktornya banyak batu dan banjir yang terus menerus sehingga tidak digarap lagi sama masyarakat.

Di tempat yang sama pulung salah seorang mantan sekrrtaris desa yang sudah beberapa periode kades yang lama sampai sekarang sudah diangkat sebagai PNS, mengaku dari data yang ada di desa selama dia pernah menjabat, tidak pernah ditemukan di buku peta rincik adanya situ baik situ Pasar Raut dan situ Ranca Eneng, yang ada hanya tanah milik masyarakat.***

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image